Konon menurut sumber dari cerita dan cerita orang yang pertama menempati Desa Kertasemaya adalah sebuah padepokan yang menginduk ke padukuhan Babadan.
Padepokan itu dipimpin oleh Raden Kiyai Haji Surya Sufiah beliau adalah turunan ke 4 dari Sunan Gunung Jati anak Sulatan Matangaji, Raden K.H Suyra Sufiah punya anak yang bernama K.H Sarkowi, pada masa kepemimpinannya K.H Sarkowi itu terjadi pembuatan sungai Sindu Praja dan Sungai Duta Mati, dengan pelaksananya adalah Ir.Van Dorzhen dan Tuan De Vuch oleh Pemerintahan Belanda.
Di bangunnya Sungai Sindu Praja oleh Pemerintah Belanda bermaksud untuk memenuhi kebutuhan air untuk wilayah Indramayu, sedangkan Sungai Duta Mati di bangun untuk memenuhi kebutuhan air di Wilayah Karangampel.
Dan pada saat itu juga di bangun sebuah Pompa Air yang ada di Blok Rengas Payung di Sungai Cimanuk untuk mengantisipasi terjadinya sungai kering di waktu musim kemarau. Pompa Air itu di utamakan untuk memenuhi kebutuhan pengairan di wilayah Indramayu.
Desa Kertasemaya dulunya adalah terkenal dengan nama Dorzhen dan sungai Duta Mati lebih dikenal dengan sebutan sungai Sinyur. Mungkin walawpun pelaksana pembangunan sungai Sidu Praja dan sungai Duta Mati dilaksanakan oleh bangsa Belanda yang masih menjajah bangsa Indonesia, tapi m,asyarakat kita (Kertasemaya) sangat menghargai jasa peninggalan orang Belanda yang telah membangun sungai tersebut, sehingga untuk mengenangnya Desa Kertasemaya terkenal dengan nama Dorzhen dan sungai Duta Mati terkenal dengan nama Sinyur sampai sekarang.
Dan satu-satunya Desa yang tidak menggelar acara Mapag Sri dari Desa yang ada di Kecamatan Kertasemaya sampai sekarang adalah Desa Kertasemaya, sebab ketika Desa Kertasemaya waktu di pimpin oleh Kuwu
Johar Arifin, setiap akan di adakannya acara Mapag Sri, saat itu pula terjadi hujan dan angin besar, sehingga menurut orang-orang sesepuh yang linuwih acara Mapag Sri tidak usah diadakan.
Sedangkan asal muasal nama Desa Kertasemaya sendiri berasal dari istilah selembar kertas dan semaya yang artinya samar-samar / sulaya.
Pada saat dibangunnya sungai Sindu Praja, sungai Duta Mati dan Pompa air, para pekerjanya pada saat itu setiap hari Minggu dapat selembar kertas yang berisi tentang nilai uang yang akan diterima dari hasil pekerjaannya selam seminggu, untuk ditukar dengan uang. Tetapi pada saat itu sering terjadi ketidakpastian tentang pembayarannya (upah kerja) dari situlah muncul nama Kertasemaya. Kertas yang selalu diberikan pada Hari Minggu dan Semaya yang artinya Sulaya ( di semaya bae kata orang kerja ) atau tidak tepat janji.
Selama berdirinya desa Kertasemaya, Desa Kertasemaya sudah dipimpin oleh 14 orang Kepala Desa.
Adapun nama-nama Kepala Desa Tersebut Adalah:
Tahun (1914-1924) M. Yasir
Tahun (1924-1944) Saleh
Tahun (1944-1952) Talam
Tahun (1952-1960) Ali
Tahun (1960-1971) Johar Arifin
Tahun (1971-1978) Imam Suharjo
Tahun (1978-1985) Samsuri
Tahun (1985-1989) Miskad (PJS)
Tahun (1989-1999) H. Sarobi
Tahun (1999-2009) Drs. Karnoto Aminoto
Tahun (2009-2015) Tauhid, S.TP
Tahun (2015-2021) Novanita Putri Aryani, S.AB
Tahun (2021-2027) Arisman, SH.
Demikian selanyang pandang atau sejarah singkat Desa Kertasemaya yang dapat kami sampaikan kepada para pegiat Medsos, semoga dapat bermanfaat untuk kita semua, terima kasih.